Sang Penjaga and the Seven World - Chapter 1. Para Calon Penjaga

Sang Penjaga and the Seven World
Oleh: KWE


Chapter 1
-Para Calon Penjaga-


Manthra. Siang hari.

“Heiii, LEPASKANNN AKU!!”
“Diam,” perintah seorang wanita sambil menyeret seorang anak laki-laki yang mencoba kabur, “kalau kamu teriak-teriak lagi akan kupatahkan lehermu.”
Sial, anak ini paling berisik di antara yang lain. Membuatku tampak seperti wanita tua jahat sedang menghajar anak-anak. Lagipula kenapa anak ini ingin kabur. Padahal, kalau dilihat aku ‘kan masih muda dan cantik.  Batinnya. “Ahahahahahahaha….ops!” Wanita tersebut tertawa. Tawa wanita yang sedang menyeret seorang anak tersebut membuat seluruh orang di ruangan melihat padanya.
Sang Penjaga - Ch.1 Para Calon Penjaga
Illustration by: pexels

“Hei, apa yang sedang dilakukan wanita tua itu? Apa dia sedang tertawa sendiri sambil menyiksa anak kecil?” bisik orang-orang yang tiba-tiba berkelompok untuk bergosip.
“KALIAN, APA KALIAN PIKIR AKU TIDAK DENGAR. Lagi pula dia bukan anak-anak. Dia sudah dewasa. SINI KALIAN!!! APA KALIAN SEBUT AKU WANITA TUA!” teriak wanita yang sedang  menjadi bahan gosip tersebut.
“Kaburrrr…!” Teriak semua orang.

Sesaat kemudian.

“Baiklah, karena semua sudah lengkap. Aku ucapkan selamat datang di MANTHRA, Para Calon Penjaga! Kenalkan, namaku Moru. Akulah yang akan mengajarkan kalian menjadi Calon Penjaga yang layak bagi 7 Dunia. Dan pria di sebelahku adalah Voitho, asistenku. Ia juga akan membantuku mengajar kalian nantinya. Ada pertanyaan?” jelas Moru sambil melihat ke seluruh ruangan yang penuh dengan Para Calon Penjaga.
“Nyonya, aku ada pertanyaan,” tanya salah satu orang di tengah kerumunan. Para Calon lain menyingkir beberapa langkah untuk membiarkan anak tersebut terlihat oleh pelatih Moru dari depan.

Sial, anak itu lagi. Dia yang berusaha kabur tadi. Apakah aku terlihat tua, seenaknya saja dia panggil nyonya. Awas kau nanti. Batin Moru. “Ah, ya. Apa pertanyaanmu, nak? Siapa namamu?” ucap Moru sambil menahan amarah dengan tetap berusaha terlihat cantik di depan semua orang.
“Perkenalkan, namaku Bhag Prana. Panggil saja Prana. Aku ingin bertanya. TEMPAT MACAM APA INNNIIII? KENAPA AKU ADA DISINI?? SEBELUMNYA AKU TERTIDUR DI KAMARKU!” teriak Prana hingga membuatnya menjadi pusat perhatian seluruh orang di ruangan itu. Tempat macam apa ini. Orang-orang ini sangat aneh. Mereka seperti bukan manusia. Apa aku sedang bermimpi? Ya, aku pasti sedang mimpi. Baiklah. Satu…dua.. tiga… Bangun!! Sial, tidak bisa.
“Ah, bocah bodoh. Prana ya namamu?” kata Moru sambil melihat dokumen berisi data-data Para Calon Penjaga.

-Nama: Bhag Prana
-Asal: Mard (Dunia Manusia)
-Skill: Belum teridentifikasi
-Lain-lain: Tinggal di Jakarta bersama kakeknya. Dari keluarga yang cenderung miskin.

Moru terus membaca seluruh dokumen-dokumen mengenai Prana. Ia terlihat membolak-balik dokumen. Ia tidak menemukan catatan yang penting mengenai Prana. Jika dibilang sebagai Calon Penjaga, nampaknya Prana memang tidak seperti yang lain. Secara postur tubuh, ia tidak terlalu besar, terlihat polos dan lemah. Kelebihannya yang cukup mencolok adalah dia keras kepala. Moru berpikir pasti ada kesalahan ketika penjemputan. Tapi, ia juga yakin bahwa para penjemput tidak akan salah menerima perintah dari Ketua. Para penjemput akan menjemput orang-orang yang memang pantas menjadi Calon Penjaga.

“Baiklah, Voitho. Jelaskan pada mereka semua!” perintah Moru pada asistennya.
“I... iya, nyony... ma... maksudku nona Moru,” jawab Voitho gugup.
“Jadi, sebelumnya kalian semua telah dijemput oleh tim penjemput. Mereka bertugas untuk membawa orang yang pantas untuk menjadi Calon Penjaga. Tempat ini bernama Manthra. Tempat latihan Para Calon Penjaga. Ini merupakan dimensi tersendiri yang diciptakan oleh tim peneliti kami. Kalian tidak akan bisa kabur dari sini karena jalan keluarnya hanya kami yang tahu. Tempat ini tidak bisa dideteksi dari luar. Dan yang lebih penting adalah waktu disini lebih lama dari waktu di dunia kalian-”
“ITU TIDAK MENJAWAB PERTANYAANKU!!” potong Prana.
“DIAM DAN DENGARKAN AKU MENJELASKAN BOCAHHH!!” balas Voitho yang kesal karena penjelasannya dipotong.
“Waktu di Manthra lebih lama. Sebagai perbandingan, jika di Dunia Mard/Dunia Manusia berjalan 1 detik maka disini akan menjadi sekitar 1 minggu. Jadi, kalian yang berasal dari Mard jangan khawatir. Tak akan ada yang sadar kalian disini,” lanjut Voitho.
“Tapi benar yang dikatakan Prana, kenapa kalian menangkap kami? Dan ini pertama kalinya aku melihat makhluk-makhluk aneh. Ah, dan namaku Akral,” tanya salah satu orang di kerumunan yang bernama Akral.
Akral terlihat sangat tidak nyaman dikelilingi makhluk-makhluk aneh. Bisa dibilang beberapa dari mereka memang terlihat seperti Monster. Ada manusia kadal, orang yang bersinar, makhluk bertubuh batu, seorang yang tampak seperti peri, dan masih banyak lagi. Membuatnya semakin merinding. Jika diperhatikan hanya beberapa yang terlihat seperti manusia biasa seperti dirinya. Termasuk Prana yang sedari tadi menjadi pusat perhatian.

“Baiklah, Akral. Akan aku jelaskan dari awal. Nampaknya kalian manusia dari Mard memang tidak tahu apa-apa. Dunia tidak hanya terdiri dari Dunia Mard/Dunia Manusia. Terdapat 7 dunia lain yaitu Zalam (Dunia Kegelapan), Mard (Dunia Manusia), Hulm (Dunia Mimpi), Menifesi (Dunia Roh), Ushagrav (Dunia Tak Biasa), dan Fos (Dunia Cahaya). Aku akan menjelaskan detailnya nanti ketika kita berkeliling ke berbagai dunia tersebut. Yang jelas, hanya yang berasal dari Mard yang tidak mengetahui keberadaan 7 dunia. Ini telah disepakati sejak awal terbentuknya kesatuan 7 dunia. Manusia dinilai yang paling berpotensi untuk melakukan pelanggaran janji dan menghancurkan keseimbangan 7 dunia. Oleh karena itu, manusia yang pada zaman dahulu mengenal baik 7 dunia, dihapus ingatannya. Tentu saja dengan persetujuan perkumpulan Dunia Manusia pada saat itu. Manusia itu sendiri pada saat itu juga sadar akan kelemahan mereka terhadap nafsu menguasai dan potensi untuk menghancurkan keseimbangan.
“Lalu, setiap 25 tahun sekali akan ada pemilihan Sang Penjaga 7 dunia. Mereka akan bertugas menjaga keseimbangan 7 dunia. Perlu kalian ketahui, jika keseimbangan 7 dunia terganggu maka bisa menjadi kiamat bagi seluruh makhluk. Sebagai contoh, ketika Menifesi dan Mard bersinggungan secara tidak seimbang terjadilah bencana alam seperti kabut hingga tsunami. Bayangkan apa yang akan terjadi jika seluruh dunia tidak seimbang. Sekarang kalian yang berada disini terpilih menjadi Calon Penjaga. Seluruh dunia tahu tentang hal ini, kecuali Mard. Berikutnya kalian akan mengikuti berbagai ujian sebelum terpilih menjadi Sang Penjaga,” terang Voitho panjang lebar.

“Aku tak peduli akan hal itu. Banyak orang yang tampak kuat berkumpul disini. Tunjuklah mereka. Aku ingin pulang ke rumah untuk membantu Kakekku jualan. Cepat pulangkan aku!” teriak Prana.
“Sayangnya tidak bisa. Kalian hanya bisa keluar dari tempat ini ketika kalian kalah dan diputuskan tidak memenuhi kualifikasi menjadi Sang Penjaga. Dan tenang saja, kalian akan mendapatkan kompensasi ketika kalian lulus ujian. Semua biaya akan ditanggung dan kalian akan mendapatkan uang yang sesuai sebagai gaji kalian. Jadi, bocah bodoh, jangan khawatir akan keluargamu. Bagi 6 dunia lain, menjadi Sang Penjaga merupakan hal yang sangat membanggakan bagi keluarga dan dunianya. Itu menjadi penghargaan tertinggi. Tapi mungkin memang berbeda bagi Dunia Mard yang tidak mengetahui keberadaan 7 dunia,” jelas Moru.
“Wah, benarkah? Aku akan mendapatkan uang? Kalau begitu aku akan ikut,” jawab Prana dengan mimik muka seketika senang.
“Itu benar, Prana. Jadi, tenang saja dan ikuti saja semua prosedur yang dibutuhkan. Oh iya, ini juga perlu disampaikan bahwa jika kalian tidak berhasil dan harus kembali ke dunia kalian masing-masing. Maka, semua ingatan pelatihan dan ujian Calon Penjaga akan dihapus. Ini dilakukan untuk menghindari ketegangan dan iri antar dunia yang jumlah pesertanya sedikit dibadingkan dengan yang dunia lain. Karena penentuan Calon Penjaga tidak sembarangan. Ini merupakan hasil ramalan ‘Sang Peramal’ dan tentu saja kami telah mengamati kalian selama beberapa waktu untuk memastikan kemampuan kalian. Dengan begitu jumlah calon dari masing-masing dunia bisa berbeda atau tidak seimbang,” jelas Voitho.
“Baiklah ujian dimulai sekarang!” teriak Moru.

Arrrrgghhhhhhhummmmm… splash… Duarrr.

Tiba-tiba seekor Monster raksasa sebesar bangunan bertingkat 60 muncul dari samping kerumunan peserta dan mengaum. Monster tersebut seperti perpaduan beruang dan gorila. Melalui suaranya, Monster tersebut juga mengeluarkan gelombang tenaga yang membuat para Calon Penjaga terlempar. Ada yang terlempar beberapa meter, ada juga yang hanya berpindah beberapa langkah. Pelatih Moru dan Voitho tidak bergerak sama sekali. Ini menunjukkan level kekuatan mereka telah lebih dari para Calon.

“Apa kau gila mengeluarkan Monster itu tanpa memberitahu terlebih dahulu? Kami ‘kan tidak siap!” teriak salah satu Calon bernama Mana Wibawa.
“Hahaha…,  kau pikir aku bodoh mengeluarkan Monster tanpa alasan. Itu adalah ujian pertama kalian. Lihatlah sekelilingmu. Semua orang terlempar. Jarak kalian terlempar adalah batas kemampuan kalian saat ini. Semakin jauh berarti kalian semakin lemah. Dan kau, Mana, cukup kuat juga hanya terlempar beberapa langkah,” jawab Moru.

Mana Wibawa adalah makhluk dari Dunia Fos (Cahaya). Tubuhnya bersinar. Dia merupakan anak dari keluarga terpandang. Salah satu garis keluarganya adalah Sang Penjaga. Wajar jika dia menjadi Calon Sang Penjaga. Para makhluk dari Dunia Fos juga ahli membuat dan menggunakan senjata. Tak terkecuali Mana. Lalu, dengan ditambah wajahnya yang tampan dan postur tubuh sempurna, banyak wanita yang tergila-gila padanya meskipun sikapnya selalu sombong.

“Aaaaaa… makhluk apa itu!” teriak Prana.

Semua mata yang awalnya fokus pada Mana, si tampan dari Dunia Fos, berganti arah ke sumber suara tersebut. Terlihat Prana berada tepat di depan Monster menggigil ketakutan. Semua terheran bagaimana seseorang yang tampak bodoh dan lemah tidak terlempar sama sekali. Prana kemudian berlari menjauh dari Monster tersebut.

Huh, siapa anak itu. Bagaimana dia dapat bertahan? Apakah dia sekuat itu? Jika dilihat-lihat, dia yang paling lemah di antara semua yang ada disini. Bagaimana mungkin?. Mana berbalik arah dengan mengepalkan tangannya karena iri dan kesal.
“Voitho, siapa sebenarnya bocah itu? Sangat jarang orang bisa bertahan dari gelombang Monster. Hanya yang telah terlatih bertahun-tahun saja yang bisa,” tanya Moru pada Voitho dengan suara pelan agar tidak terdengar seluruh orang yang ada di ruangan.
“Aku tidak tahu, Nona. Dari catatan yang kulihat, dia hanya anak biasa yang tidak memiliki kekuatan spesial seperti beberapa calon yang ada disini. Mungkin dia menyimpan kekuatan dalam dirinya yang bahkan tak dia ketahui,” jawab Voitho sambil mengecek kembali dokumen-dokumen Para Calon.
Sepertinya pemilihan kali ini akan menjadi sangat menarik. Moru kemudian pergi dengan senyum aneh.
“Baiklah, tenang semua!” kata Voitho mencoba menenangkan seluruh orang yang ada di ruangan. Kemudian, Voitho menjelaskan mengenai Monster tersebut beserta kekuatannya. Ia mempersilakan semua orang untuk beristirahat selama 15 menit untuk memulihkan tenaga yang sedikit terkuras karena gelombang tenaga Monster tadi.

15 menit kemudian

“Bersiaplah untuk ujian selanjutnya!” teriak Moru mengagetkan seluruh orang. “Ujian selanjutnya adalah ujian bertahan hidup. Kalian harus mampu bertahan hidup hingga pukul 6 sore ini, mencari pintu keluar yang akan muncul pada waktunya dan masuk ke tempat istirahat yang berada di luar ruangan ini.”
“Apa maksudmu bertahan hidup?” tanya salah satu Calon.
“Kalian harus bertahan hidup dari serangan Monster itu. Jika berhasil, artinya kalian layak untuk mengikuti prosedur selanjutnya dari pemilihan Sang Penjaga,” jawab Moru.

Ujian bertahan hidup dimulai dengan dibunyikannya suara terompet. Seluruh peserta berpencar. Beberapa orang yang sudah berkenalan pada saat istirahat membuat grup-grup. Prana terlihat kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seumur hidupnya ia belum pernah melihat Monster seperti itu di Mard. Dia juga tidak tahu bagaimana cara bertarung. Melihat beberapa calon sudah mulai menyerang Monster, Prana hanya diam terpaku. Para Calon yang dia lihat memiliki kemampuan yang luar biasa. Ada yang mampu mengeluarkan kekuatan aneh dari matanya, ada yang mampu menciptakan bola api raksasa, ada juga yang mengeluarkan senjata aneh yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Di tengah pertarungan yang sengit antara Monster dengan Para Calon, Prana mulai berpikir bahwa ini bukanlah tempatnya. Dia tidak memiliki kemampuan spesial apapun. Bahkan untuk bertarung saja dia tidak berani.

Ketika Prana terdiam di tengah pertarungan, tiba-tiba seorang gadis menariknya menuju sebuah lingkaran merah. Gadis tersebut bernama Cintantya. Ia memiliki wajah yang cantik dan memakai make up yang cukup tebal. Ia berasal dari Dunia Kathrepis (Cermin). Kemampuan yang dimiliki adalah melakukan beberapa sihir kecil dan mampu mengubah diri menjadi orang lain dengan batas waktu 3 jam. Ia membuat lingkaran merah pelindung yang cukup kuat menggunakan sihirnya untuk berlindung dari pertarungan.

“A..apa yang kau lakukan?” tanya Prana kaget.
“Tenang saja, tetaplah di dalam lingkaran merah ini agar kau tak terluka. Ngomong-ngomong, aku Cintantya. Wanita tercantik disini. Jadi hati-hati kau jatuh hati padaku,” terang  Cintantya dengan percaya diri.
“HEIII, KAU APAKAN CALON PACARKU!!” teriak gadis bernama Akral.
“Enak saja! Sejak kapan kau ada di dalam lingkaran merah yang kubuat? Keluar sana. Mengganggu saja!” jawab Cintantya kesal.
“Aku gak suka kamu tarik-tarik Prana!” balas Akral.
“Haha, jangan harap kamu bisa merebutnya.” Cintantya mulai kesal dan ingin menghajar Akral. “Lagipula, disini aku yang tercantik. Prana pasti lebih tertarik padaku.”
“Berisik sekali kalian! Cewek-cewek bodoh, memperebutkan laki-laki lemah,” kata Mana menyela adu mulut Cintantya dan Akral.
“KAU YANG DIAM!!” jawab Cintantya dan Akral bersamaan.
“Lagipula, bagaimana kau bisa masuk ke lingkaran merah ini Akral?” tanya Mana pada Akral. “Kau hanya manusia biasa dari Mard. Kalau aku wajar bisa memasuki sihir lingkaran merah ini karena aku berasal dari Fos. Aku terbiasa dengan sihir murahan seperti ini. Aku membawa senjata penetral.”
“Cih, sejak kapan Mana juga berhasil masuk ke lingkaran ini? Sial, ini tidak sesuai rencana. Aku pikir aku bisa berduaan dengan Prana dan coba mendekatinya,” ucap Cintantya pelan.
“Mmmm… aku juga tidak tahu. Ketika aku liat Prana dibawa nenek sihir make up tebal itu, aku langsung mengikutinya,” jawab Akral.
Baiklah, kupikir orang-orang dari Mard banyak yang kuat juga. Sangat kontras dengan penampilan mereka. Aku harus hati-hati. Mana mulai terlihat serius.
“Maaf menyela pembicaraan, aku masih kaget dengan suasana ini yang sangat mendadak. Beberapa menit lalu aku tidur di kamarku dan sekarang aku berada di tengah pertempuran serta bertemu makhluk-makhluk yang belum pernah ku liat seumur hidupku. Jika di antara kalian ada yang bisa menunjukkan jalan keluar, aku akan sangat berterima kasih. Aku tak ingin mati disini. Soal uang itu, memang aku membutuhkannya. Tapi nyawaku kini lebih berharga,” kata Prana.
“Tenang saja sayang, aku yang baik hati dan kuat ini akan melindungimu.” Tangan Cintantya mulai memegang tangan Prana. “Dan karena aku baik hati, orang-orang bodoh yang terlanjur masuk ke lingkaran merah akan kulindungi juga.”
“Apa kau panggil-panggil dia sayang! Lepaskan juga pegangan tanganmu. Mau berantem?!” tantang Akral.
“Diamlah semua!” teriak Mana. “Bagaimanapun kita berada di tengah pertarungan. Lihatlah Monster itu. Tenaganya sangat kuat dan tidak terluka sama sekali setelah di serang berkali-kali. Walaupun untuk sementara kita cukup aman di lingkaran merah ini.”
“Sial, mungkin aku harus disini dulu dan jika ada kesempatan aku akan kabur nanti,”  ucap  Prana pelan dengan nada sedikit kecewa.
“Orang-orang di luar itu bodoh atau apa sih. Pelatih Moru bilang untuk bertahan hidup, bukan menyerang Monster itu habis-habisan. Dengan lingkaran merah yang kubuat, kita dapat bertahan hidup dan lolos ke ujian selanjutnya,” terang Cintantya.
“Apa kau tak berpikir kalau kita diuntungkan dengan situasi ini? Mereka yang bertarung membuat kita aman dari serangan dan tetap bisa berlindung. Jika semua orang berpikir sama denganmu dan hanya berlindung, maka hanya tinggal menunggu waktu hingga Monster itu akan menyerang dan jalan satu-satunya adalah melawannya,” tegas Mana.

Semua yang berada dalam lingkaran merah kemudian terdiam dan tetap berlindung. Mereka mengamati pertarungan yang sedang berlangsung. Ledakan dan suara Monster terdengar berkali-kali. Setelah diamati, ternyata tidak hanya mereka yang berlindung. Beberapa calon juga terlihat berlindung menggunakan kemampuan mereka. Ada yang menggunakan kamuflase, senjata pelindung, dan lain sebagainya.
Prana, Mana, Cintantya, dan Akral tanpa sengaja berkumpul di satu tempat yang sama. Seolah takdir memang mengarahkan dan mempertemukan mereka untuk sesuatu hal yang besar suatu hari nanti. Pertemuan antar makhluk dari Dunia Mard, Fos, dan Kathrepis.

“Sedang apa kalian diam saja disitu?!!” teriak salah satu makhluk berbadan batu sambil mengarahkan serang ke mereka berempat. Lingkaran merah mampu menahan makhluk tersebut. Tetapi, ia tidak sendiri. Ia bersama seorang gadis penyihir. Penyihir tersebut dengan mudahnya membuka sihir lingkaran merah.

“Bertarunglah dan jangan diam saja, tunjukkan kemampuan kalian,” kata si gadis penyihir.
“Sial, ayo kita bertarung!” kata Akral menggertak.

Akral memasang kuda-kuda untuk persiapan bertarung. Akral merupakan ahli beladiri campuran. Ia menguasai beberapa ilmu beladiri seperti taekwondo, aikido, silat, dan juijitsu. Mana telah mengeluarkan senjata berbentuk jarum runcing sepanjang setengah meter dengan pegangan yang bercahaya. Ia juga telah siap bertarung. Cintantya mengambil posisi di depan Prana seolah ingin melindungi Prana dari serangan. Sementara Prana hanya diam terpaku tanpa tahu apa yang harus dilakukan karena dia tidak mempunyai kemampuan apapun dan tidak bisa berkelahi.
Kedua kubu siap untuk bertarung. Hingga tiba-tiba Monster menjatuhkan serangannya di tengah-tengah mereka.

Duarrr…boom..

Ledakan terjadi dan mereka semua terlempar ke sisi yang berlawanan. Asap mengepul di bekas ledakan. Gadis penyihir dan Manusia batu memilih pergi dan menghindari serangan Monster berikutnya. Mana, Akral, dan Cintantya segera bangkit. Akral dan Cintantya mencari keberadaan Prana, sementara Mana memperhatikan gerakan Monster selanjutnya.

“Lihat, Prana di sebelah sana!” tunjuk Mana.

Akral dan Cintantya langsung berlari menuju Prana begitu melihatnya. Prana terlihat pingsan. Mungkin ia terlempar begitu keras dan mengenai sesuatu. Mana mulai bersiap dengan pedangnya jika Monster menyerang kembali.

“Celaka, Monster itu akan menyerang kemari dan tampaknya dia mengincar Prana!” teriak Mana.

Mendengar hal tersebut, Cintantya berbalik ke arah Monster untuk membuat serangan dengan sihirnya agar Prana terlindungi. Akral tetap melanjutkan berlari menuju Prana. Akan tetapi, sudah terlambat. Monster telah melompat ke arah Prana. Ketiganya hanya bisa melihat Monster tersebut dari bawah ketika melompat. Hanya dengan satu lompatan Monster tersebut bisa menjangkau Prana. Prana masih dalam kondisi pingsan. Cintantya dan Akral berteriak berharap Prana sadar dan lari. Tapi usaha mereka sia-sia karena Prana tetap pingsan.

Monster berhasil mendarat tepat di samping Prana. Monster tersebut melancarkan serangan berkali-kali ke arah tubuh Prana. Akral yang sudah berada di samping Prana berusaha menyelamatkannya dengan melakukan jurus-jurus ilmu beladirinya pada si Monster, tetapi tidak berguna sama sekali. Monster tersebut melempar Akral dengan sekali kibasan tangan. Cintantya mencoba sihir untuk menyerang, tetapi tetap saja tidak berguna. Dari kejauhan, Mana melempar pedangnya ke arah Monster dengan maksud untuk menyerang. Pedang tersebut mengeluarkan sinar yang sangat terang di udara. Pedang tersebut mendarat tepat di lengan Sang Monster. Akan tetapi, serangan tersebut tidak cukup membuat Monster tersebut berhenti menyerang Prana.

“Sial, inikah kuatnya kekuatan Monster dari ujian Calon Penjaga? Bahkan pedangku tidak mampu menyerang Monster itu. Untuk saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa. Jarak Prana cukup jauh dan Monster itu tidak beralih. Gawat, bocah itu bisa mati kalau terus begini,” kata Mana kesal.

Prana terus mendapat serangan membabi buta dari Monster sebesar gedung itu. Akral yang terlempar pun ikut pingsan. Sedangkan Cintantya saat ini berusaha membuat perisai pelindung mengelilingi tubuh Prana untuk melindunginya dari serangan Monster. Akan tetapi, perisai tersebut mungkin dalam beberapa menit mampu dihancurkan oleh Monster karena kekuatan sihir Cintantya memang tidak terlalu besar.

“Siapapun, toloongggg…. Pelatih Moruuu! Jangan biarkan Prana mati seperti ini,” teriak Cintantya sambil meneteskan air mata.

Meskipun begitu, tidak ada yang datang menolong mereka. Peserta lain mengambil keuntungan atas serangan ini dan mencoba mencari jalan keluar. Waktu ujian tinggal beberapa menit lagi. Cintantya mulai kelelahan karena mengeluarkan energi cukup banyak. Mana terlihat sedang berpikir bagaimana cara menyelamatkan Prana dengan mengalihkan perhatian Monster. Pelindung sihir yang menyelimuti Prana mulai meredup. Ia tampak mulai terkena serangan Monster. Nyawanya dalam bahaya jika terus menerima serangan bertubi-tubi seperti itu dari Monster.

Saat ini tidak ada yang tahu mengapa Monster tersebut tiba-tiba menyerang Prana setelah berjam-jam bertarung dengan para Calon lain. Dan tidak ada yang tahu berapa lama lagi Prana dapat bertahan. Jika tubuhnya tidak mampu lagi menerima serangan, Ia bisa mati saat itu juga. Akankah Pelatih Moru dan Voitho membantu atau mungkin akan ada keajaiban yang muncul untuk menolong mereka?


Bersambung….


*Note:
- Cerita ini adalah fiktif dan tidak mewakili kejadian yang sesungguhnya
- Chapter 2 akan diupload di sini.
Sang Penjaga and the Seven World - Chapter 1. Para Calon Penjaga Sang Penjaga and the Seven World - Chapter 1. Para Calon Penjaga Reviewed by Admin on December 06, 2016 Rating: 5

1 comment:

Comment in a good way. It is representing you.

Powered by Blogger.