Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Dago)


Sejarah Singkat

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya berstatus sebagai hutan lindung (Komplek Hutan Gunung Pulosari) yang batas-batasnya ditentukan pada tahun 1922.

Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Dago)
Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Djawatan Kehutanan.

Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Bapak Mashudi (Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang pada waktu itu menjabat sebagai Administratur Bandung Utara merangkap Direktur Akademi Ilmu Kehutanan, dan mendapat dukungan dari Bapak Ismail Saleh (Menteri Kehakiman) dan Bapak Soejarwo (Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian). Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya. Tahun 1963 pada waktu meninggalnya Ir. H. Djuanda, maka Hutan Lindung tersebut diabadikan namanya menjadi Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa-jasanya dan waktu itu pula jalan Dago dinamakan jalan Ir.H.Djuanda.

Untuk tujuan tersebut, kawasan tersebutmulai ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah. Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Botanical Garden Bogor (Kebun Raya Bogor) , dengan menanam koleksi tanaman dari di Bogor.

Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Bapak Gubernur Mashudi sebagai Kebun Raya Hutan Rekreasi lr.H. Djuanda sebagai Embrio Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat).

Tahun 1978 pengelolaan dari Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat) diserahkan ke Perum Perhutani Jawa Barat.

Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai taman wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK. Menteri Pertanian Nomor : 575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 Agustus 1980.

Pada tahun 1985, Bapak Mashudi dan Bapak Ismail Saleh sebagai pribadi dan Bapak Soedjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya.

Usulan tersebut kemudian diterima Presiden Soeharto yang kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1985 tertanggal 12 Januari 1985. Peresmian Taman Hutan RayaIr. H. Djuanda dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia.

Untuk menjamin susksesnya pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor : 192/Kpts-II/1985 membentuk Badan Pembina Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang diketuai oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) serta menunjuk Perum Perhutani sebagai Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pembangunan Taman Hutan RayaIr. H. Djuanda.

Kondisi Umum


Taman Hutan Raya Ir H. Djuanda dulunya merupakan sebagian areal dari Kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari dan dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Curug Dago dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 575/ Kpts/Um/8/1980. Pada kurun waktu tahun 1980 hingga tahun 1984 atas dasar prakasa dan Sesepuh Jawa Barat diantaranya Bapak Mashudi serta hasil kajian teknis pakar lingkungan dan ITB dan UNPAD dan dukungan pemerintah pada waktu itu mengusulkan agar fungsi kawasan hutan TWA Curug Dago ditingkatkan sebagai Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dalam upaya untuk menghargai dan mengabdikan Pahlawan Nasional dan Tatar Sunda yang diharapkan jiwa dan semangat nasionalismenya akan menjadi suritauladan untuk generasi yang akan datang. Maka berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1985 dan peresmiannya dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, maka kawasan hutan TWA Curug Dago secara resmi dirubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya lr. H. Djuanda.

Taman Hutan Raya diharapkan mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa asli atau bukan asli serta keunikan panorama alam asrinya dapat dimanfaatkan secara lestari untuk konservasi, koleksi, edukasi, rekreasi dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya dan PAD Propinsi Jawa Barat.

Secara harfiah tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai fungsi sebagai koleksi tumbuhan dan satwa, baik jenis asli maupun bukan asli untuk dimanfaatkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Letak dan Luas:
Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda terletak di sebelah Utara Kota Bandung Berjarak ± 7 km dari pusat kota, secara geografis berada 107° 30′BT dan 6° 52′LS, secara administrasi berada di wilayah Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah masuk Desa Mekatwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekonstruksi tata batas Taman hutan Raya Ir. H. Djuanda pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar.


Topografi:
Sebagian besar kawasan merupakan ekosistem pinggir sungai (Riparian ecosystem), pada umumnya kondisi lapangan miring, dengan kelerengan (slope) agak curam sampai dengan terjal, dengan ketinggian ± 770 dpl sampai dengan ± 1350 m di atas permukaan laut.


Jenis Tanah:
Unsur tanah yang terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda didominasi andosol, sebagian kecil gramasol yang peka terhadap erosi.


Iklim:
Iklim menurut klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk Type B, kelembababan nisbi udara berkisar antara 70% (siang hari) dan 90% (malam dan pagi hari), suhu berkisar antara 22° C – 24° C (di lembah) dan berkisar 18° C – 22° C (di puncak). Curah hujan rata-rata pertahun 2.500 – 4.500 mm/tahun.


Hidrologi:
Sumber air yang berada di Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda adalah sungai Cikapundung yang membentang sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air sekitar 3.000 m³/detik. Sungai Cikapundung merupakan anak Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Bukit Tunggul, selain terdapat juga beberapa mata air yang bersumber dari kelompok Hutan Gunung Pulosari.


Aksesibilitas:
Tahura Ir. H. Djuanda memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, kawasan ini sekarang telah bersatu dengan Kota Bandung dan dapat ditempuh dari berbagai jalur jalan, baik melalui Jalan Dago maupun melalui Jalan Cikutra. Semua jenis kendaran bisa masuk hingga ke pintu gerbang utama. Kondisi jalan dari pusat kota sampai dengan lokasi (pintu gerbang utama) sudah beraspal dan kini dalam kondisi baik (sebelumnya rusak berat). Walaupun demikian, jalan masuk dari Kordon ke Tahura Ir. H. Djuanda yang berjarak ± 500 m dirasakan terlalu sempit, sehingga menyulitkan kendaran berpapasan. Bila menggunakan kendaraan umum, Angkutan Kota hanya sampai Terminal Dago, selanjutnya perjalanan diteruskan dengan kendaraan umum lain jurusan Kampus Unisba dan berhenti di Kordon. Dari Kordon perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 m.

Selain dari arah Selatan, Tahura Ir. H. Djuanda juga dapat ditempuh dari arah Utara, melalui Obyek Wisata Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini akan dapat dilihat obyek wisata Curug Omas dan kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusur jalan setapak sepanjang 6 km menuju ke Pakar Dago.

Budaya: Penduduk asli di sekitar Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda adalah suku sunda. Upacara adat pada umumnya masih dilakukan terutama pada saat pernikahan dan khitanan, terdapat beberapa kesenian seperti pencak silat, jaipongan, kecapi suling dan calung.


Lokasi




Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang terletak di tengah-tengah Bandung merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang tersisa juga berfungsi sebagai paru-paru pada kota Bandung. Hanya berjarak +/- 5 km dari Pusat Pemerintahan (Gedung Sate). Lokasi yang strategis ini dapat dengan mudah dijangkau melalui:

  • Terminal Dago +/- 2 km
  • Ciumbuleuit Punclut +/- 6 km
  • Padasuka, Cimenyan +/- 8 km
  • Maribaya, Lembang +/- 4 km

Jam Operasional

Jam Operasional:
08.00 s/d 16.00 WIB
Buka Setiap Hari (Hari Kerja & Hari Libur)

Tiket Masuk:

  • Wisatawan Nusantara: Rp. 12.000,-
  • Wisatawan Mancanegara: Rp. 52.000,-
Info Harga tiket terbaru cek di sini
Tiket Online: http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/pemesanan-online/

Selayang Pandang


Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman dengan jenis Pinus (Pinus merkusil) yang terletak di Sub-DAS Cikapundung, DAS Citarum yang membentang mulai dari Curug Dago, Dago Pakar sampai Maribaya yang merupakan bagian dari kelompok hutan Gunung Pulosari, menjadikan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sangat baik sebagai lokasi pariwisata alam dan juga sebagai sarana tempat untuk pengembangan pendidikan lingkungan.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung, memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang. Secara geologis daerah ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh gejolak alam dalam kurun waktu pembentukan alam semesta.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya merupakan bagian areal dari kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 575/kpts/Um/8/1980 dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Curug Dago. Pada Tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, TWA Curug Dago secara resmi berubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang merupakan Taman Hutan Raya (TAHURA) pertama di Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3/M/1985 tertanggal 12 Januari 1985 tentang Penetapan Taman Wisata Alam Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.

Facility


Panggung Terbuka

Bila kita ingin menikmati suguhan pertunjukan dan atraksi seni dapat kita temukan di panggung terbuka (open stage) pada waktu-waktu tertentu. Bangunan kokoh ini berukuran 250 M, letaknya strategis dilengkapi balkon yang mampu menampung 400 orang. Suasana terbuka dan rileks dikelilingi pohon rimbun dan udaranya yang sejuk, membuat siapapun betah ingin berlama-lama menikmati setiap sajian yang ditampilkan. Untuk orang-orang yang memiliki kreatifitas seni, stage ini dapat digunakan sebagai tempat menuangkan inspirasi atau untuk memamerkan hasil karya seni yang bercita rasa tinggi. Bagi mereka yang ingin merayakan pesta kebun dengan suasana lain dari biasanya, udara yang segar, penataan dengan penuh sentuhan seni yang berselera tinggi makan panggung terbuka ini akan menjelma seakan berada di negeri dongeng.

Taman Bermain Anak


Bagi wisatawan yang datang bersama keluarga, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menyediakan tempat bermain hampir di setiap objek wisata. Khusus untuk anak-anak, letaknya tidak jauh dari plaza monumen Ir. H. Djuanda. Taman bermain anak-anak yang baik dan nyaman mengingatkan kita akan masa kanak-kanak yang penuh keceriaan dan keriangan, dipadu dengan keakraban keluarga. Di taman ini juga anak-anak bisa diajak bermain sambil belajar, dengan fasilitas permainan ayunan, perosotan, jungkitan dan lain-lain.

Guest House


Penginapan disediakan bagi wisatawan yang ingin menginap di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dan untuk menunjang berbagai kegiatan yang diadakan selama berada di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Untuk kenyaman selama melakukan kunjungan di kawasan Tahura maka anda bisa menggunakan fasilitas penginapan ini sesuai dengan lama kunjungan yang dilaksanakan. Untuk membooking penginapan, wisatawan bisa menghubungi pihak pengelola kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Suasana yang tenang dan segar di pagi hari bisa anda rasakan bila menginap disini dan andapun serasa benar-benar menyatu dengan alam.

Saung dan Tempat Persinggahan


Bagi wisatawan yang ingin berekspresi atau sekedar menghilangkan rasa lelah dan dahaga ataupun memanjakan lidah dengan makanan dan minuman yang dibawanya, akan terasa nikmat jika beristirahat di shelter-shelter yang berada di kawasan yang bernuansa alami ditambah lagi dengan kicauan burung dan dikelilingi pepohonan menjulang tinggi.


Shelter ini bisi digunakan saat anda merasa lelah ketika jalan-jalan mengelilingi area kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, anda bisa beristirahat hanya untuk melemaskan otot-otot yang tegang karena capai setelah berkeliling atau hanya sekedar duduk sambil menikmati segarnya udara yang dihasilkan oleh pepohonan yang berada di sekitarnya.

Objek Wisata
Berikut adalah Peta Objek Wisata Tahura (source: http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/)
Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Dago)
Monumen Ir. H. Djuanda
Museum Ir. H. Djuanda
Curug Dago
Curug Lalay
Curug Omas
Goa Belanda
Goa Jepang
Prasasti Batu Raja Thailand
Tebing Keraton

Contact


Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat
Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda


Alamat:
Kompleks Tahura
Ir. H. Djuanda No. 99
Dago Pakar – Bandung
Telepon: +62-22-2515895
Fax: +62-22-2507891



sumber: http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/
Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Dago) Wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Dago) Reviewed by Admin on February 03, 2017 Rating: 5

No comments:

Comment in a good way. It is representing you.

Powered by Blogger.